Metode Gerakan Jaman Baru di antara mahasiwa

meditationPagi itu, Senin 4 Oktober 2010 saya datang ke Sabuga (sasana budaya dan olahraga) ITB untuk bergabung dengan teman-teman bermain tenis. Saat itu kurang lebih jam 08.30 pagi. Ketika melewati lapangan futsal saya lihat 30-an mahasiswa ITB -terlihat dari kaos yang mereka pakai- terlentang menghadap langit dengan mata tertutup. Nampak suasana hening sekali. Rasa penasaran saya tergugah dan mengamati apa yang sedang dilakukan mereka. Ketika saya mendengar apa yang diucapkan instrukturnya yang berjalan mondar-mandir diantara para mahasiswa tersebut, saya terhenyak. Continue reading “Metode Gerakan Jaman Baru di antara mahasiwa”

Rekomendasi ‘Pertemuan Davos’: konsumsi mengatasi krisis?

Davos meetingKompas Jumat, 30 Jan 2009 yang lalu menulis di halaman pertamanya mengenai pertemuan ‘Davos’ dan rekomendasinya. Judulnya adalah ‘Dorong Konsumsi guna redam Krisis’, dan salah satu kutipannya:’Konsumsi AS dalam beberapa tahun ini didorong belanja rumah tangga dari uang yang diperoleh dari kredit rumah’.

Terlepas dari ke’awam’an saya mengenai salah satu teori ekonomi, misalnya dengan formulanya: konsumsi + menabung + investasi (?), beberapa hari ini saya merenungkan ‘roh’ dari pernyataan tersebut. Continue reading “Rekomendasi ‘Pertemuan Davos’: konsumsi mengatasi krisis?”

Insider

insiderKemungkinan beberapa waktu terakhir ini pernah mendengar kata ‘insider’ atau ‘insidership’ diucapkan atau dikaitkan dengan pelayanan Para Navigator. Satu kata yang jika diterjemahkan langsung berarti ‘orang dalam’. Kata ini menjadi subyek yang sentral di dalam visi pelayanan kita, yang salah satu paragraf pernyataannya sebagai berikut:

“Orang-orang biasa, di dalam setiap langkah kehidupannya, dengan sukacitanya menunjukkan kehidupan yang terintegrasi. Mereka hidup sebagai insider yang penuh buah diantara mereka yang terhilang. Ada ketekunan di dalam menghadapi kesusahan dan penderitaan. Di seluruh dunia, banyak yang menjadi percaya. Sejalan dengan mereka menjadi teguh di dalam pemuridan, beberapa bertumbuh menjadi fondasi bagi generasi yang berikutnya. Injil menyebar secara alami dan penuh kuasa, sejalan mereka yang percaya membagikan Kristus … kehidupan atas kehidupan … keluarga kepada keluarga.” Continue reading “Insider”

Dari Generasi Ke Generasi

‘Generasi’ merupakan kata yang sangat dipentingkan di dalam Firman Tuhan. Kata ini sebagian besar dipakai berkaitan dengan rancangan Allah atas umat dan penegakan KerajaanNya di muka bumi ini. Kunci kesempurnaan perwujudan rancangan Allah adalah generasi ilahiNya. Janji-janji mengenainya sangat melimpah. Juga, kata ganti waktu ‘kekal’ menyertainya. Ketika saya coba menghitung keberadaan kata ini di dalam Firman Tuhan melalui sofware Alkitab di komputer, disebutkan ada 114 kali.  

Keberadaan kita merupakan penggenapan janji ‘generasi’ Allah kepada para leluhur kita. Dengan harga yang mahal mereka mengungkapkan iman atas janji generasi ini. Tanpa kita, mereka tidak akan sampai kepada kesempurnaan; demikian dikatakan dalam Ibrani 11.

 Dalam Firman Tuhan, janji generasi ini tidak memisahkan antara generasi jasmani dan rohani. Ini artinya bagi yang berkeluarga, anak-anak kita merupakan keturunan ilahi yang menjadi prioritas di dalam perwujudan janji ini. Dengan demikian, pemuridan anak adalah yang terutama di dalam panggilan kita.

Kemunculan generasi demi generasi rohani dari para pekerja Kristus merupakan impian dari pelayanan kita dan bahkan menjadi kunci dari keberadaan pelayanan Para Navigator.  Jika tidak ada lagi generasi rohani dari pekerjaNya diantara kita, maka para Navigator tidak akan ada lagi. Itulah sebabnya di dalam pernyataan panggilan Para Navigator  menemukan hal ini:

Menyebarluaskan Injil Yesus Kristus dan KerajaanNya hingga mengakar diantara bangsa-bangsa melalui generasi rohani para pekerja Kristus yang hidup dan memuridkan diantara yang terhilang

Impian dan permohonan kita kepada Allah adalah bahwa generasi rohani ini akan terus dilipatgandakan  di berbagai bidang dan tahapan kehidupan.

Gladiator

Pernah menonton film Gladiator (dengan pemeran utama Russel Crowe sebagai Maximus sang Gladiator dan sutradara Ridley Scott)? Ketika melihat salah satu adegannya dimana ketika Maximus dielu-elukan:”Maximus … Maximus … Maximus …!”, saya terhenyak dengan kesadaran bahwa di dalam kebenaran senyatanya kita semua akan menyaksikan Yesus sebagai tokoh utamanya.

Saya dingatkan bukankah hal ini telah menjadi komitmen saya sejak saya mengenalnya, bahwa Dia saja yang seharusnya dielu-elukan di dalam setiap hal baik yang meluap dari kehidupan saya.

Bahwa seandainya saja Dia bisa dielu-elukan walaupun di tengah-tengah ketidak-nyamanan hidup keseharian saya, cukuplah itu. Apa yang terjadi saat sekarang ini di dalam kehidupan saya seharusnya merupakan percikan dari apa yang akan sesungguhnya terjadi nanti.

Kemarin malam ketika saya merenungkan dan mencurahkan isi hati mengenainya di hadapanNya, saya ditunutun untuk memperbarui komitmen saya secara khusus …

Php 1:20  Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Persoalan keluarga Jasmani

Kesulitan keuangan … suami isteri terpisah … anak – bapak bermusuhan … perselingkuhan … anak WIL yang harus diterima … saling tidak bicara … pertengkaran dengan ipar … jual beli harta warisan yang menimbulkan pertengkaran  … calon menantu yang tidak diterima ….

Daftar ini masih bisa saya tambahkan berderet-deret lagi. Salah satu adik saya berkomentar:”kalau mas Agung lebih lama lagi di sini (Kediri), akan lebih banyak lagi masalah yang ditemui”.

Sesudah kurang lebih 25 tahun membebani dan melayani mereka, saya belajar beberapa hal mengenai pergerakan ‘Kabar Baik’ di dalam keluarga besar kita:

     Cara pandang yang Kerajaan Allah adalah kunci utama. Kematian ibu saya oleh karena kanker yang ganas merupakan titik balik di dalam cara pandang saya mengenai keluarga. Saya mendapat jawaban atas pertanyaan, ‘siapakah saudaraku, ibuku atau ayahku?’. Mereka adalah jiwa-jiwa (terhilang) yang dikasihi Allah dan dikehendaki supaya menjadi warga kerajaanNya serta menjadi teman sekerjaNya. Keluarga jasmani adalah ladang sulung panggilan pelayanan saya. Melalui keluarga jasmanilah seharusnya pergerakan Injil terutama terjadi.

     Menjadi model. Saya adalah salah satu bagian dari mereka; dengan segala cacat cela dan kelemahan saya yang dengan jelas diketahui mereka. Tetapi, buah roh kehidupan saya juga akan dengan jelas mereka  saksikan dan rasakan. Oleh karena itu, tidaklah mungkin melayani mereka dengan kemunafikan. Kesadaran dan demonstrasi kehidupan yang hanya bergantung pada kasih karunia Allah adalah satu-satunya yang bisa kita andalkan.

     Sebagaimana kunci pergerakan Injil dimanapun, jika mau melihat pergerakan Injil di dalam jaringan keluarga jasmanai, maka pengorbanan dan penyangkalan diri dari saya adalah tidak bisa ditawar. Pengorbanan perasaan, kenyamanan, uang dan hak adalah makanan pokok di dalamnya.

     Peperangan rohani: okultisme, roh perpecahan, materialisme (pembandingan keberhasilan di dalamnya), …

     Sabar. Walaupun masih sulit untuk menerapkannya sampai sekarang, inilah kenyataannya. Rasanya seperti ibu yang mau melahirkan, tetapi anak tidak lahir-lahir. Ada saat begitu bersuka cita karena melihat pergerakan Injil melalui salah satu kakak laki-laki, tetapi kemudian harus menghadapi kesesakan luar biasa karena kejatuhannya dalam dosa seksual. Meskipun demikian, Allah setia dengan janjiNya; karena berkenan memberi kesempatan kepada kami untuk menyaksikan buah pekerjaanNya di kehidupan kakak tiri, dan beberapa adik yang lain (dari 10 bersaudara). Dari kakak tiri dan kakak ipar, Injil  sedang bergerak ke teman kerja dan tetangga.

     Yang mungkin terakhir … rileks saja. Satu hal ini akhirnya saya nimati sebagai berkat tak terhingga bagi kami. Ada masa selama empat tahun berturut-turut dimana waktu kebersamaan saya bersama keluarga besar disertai cucuran airmata di dalam kamar … karena beban untuk mereka di hadapan Allah. Target –target untuk pribadi demi pribadi anggota keluarga besar  sepertinya berantakan. Ada waktu kecewa karena tidak  melihat hasil seperti yang diharapkan. Allah sesungguhnya sedang bekerja di dalam dan diantara mereka. Dia tidak kurang rajin daripada kami. Dia tidak pernah lalai dan tangannya tidak pernah berhenti terulur kepada mereka. Yang perlu kami lakukan adalah mengetahui apa yang sedang dikerjakanNya di dalam dan diantara mereka, kemudian mengambil bagian sebagaimana dikehendakiNya. Sementara itu nikmati saja hubungan-hubungan dan suasana kekeluargaan yang dianugerahkanNya. Dia akan bekerja di dalam dan melalui kami. Sesimple itu.

Akulah Tuhan!

Imamat 19   

Di dalam pasal ini disebutkan sampai 15 kali frase:”Akulah Tuhan”

Hal ini dinyatakanNya di tengah-tengah pernyataan kehendakNya berkaitan dengan hubungan antar sesama dalam kekudusanNya. Apakah artinya ini?Apa yang ada di dalam hati Allah ketika menyatakannya?Apa yang dikehendakiNya untuk dicamkan oleh orang  Israel? 

Kesan yang saya tangkap adalah supaya orang Israel mengetahui dan mengakui bahwa dibalik perintah tersebut adalah Tuhan yang berdaulat dan Kudus. Supaya orang Israel mematuhinya tanpa kompromi!

Allah berkehendak supaya orang Israel mentaatiNya karena mereka mengenal bahwa Dialah Tuhan; Tuhan yang layak menjadi pertimbangan. Tuhan dengan kekudusan yang mutlak, tak terhingga dan tak terjangkau! Kepatuhan terhadap perintahNya adalah mutlak dan tidak mentaatiNya adalah kematian. Takut akan Dia adalah sikap yang harus mendasari di dalam memandangNya.

Jika demikian adalah kekudusan dan kehendakNya, siapakah yang akan berani dan tahan menghadapiNya? Memenuhi tuntutanNya? Mendekat kepadaNya?

Inikah sebabnya Yesaya merasakan teror dan kenajisan atas dirinya di dalam penglihatannya?

Tidak mungkin melebih-lebihkan betapa besarnya karya Kristus bagi kita! Itulah sebabnya salah satu dosa yang fatal adalah ketidakpedulian. Ketidakpedulian terhadap kenyataan keberadaan setiap kita di hadapanNya.

Musa memberitakan ‘Kabar Baik’ kepada mertuanya

Tidak seperti biasanya, ketika membaca perikop mengenai Musa dan Yitro, yang hampir selalu diingatkan kembali adalah mengenai management kepemimpinan. Memang pelajaran mengenai pendelegasian di dalamnya selalu menginpirasi.

Kali ini Kel 18:8-12 mengajar saya mengenai  Musa yang telah telah memenangkan mertuanya.  Dalam ayat-ayat ini diceritakan bagaimana akhirnya Yitro mengenal Allah dan mengakuiNya:

          Bersukacitalah Yitro atas kebaikan Tuhan

          Dia katakan:”terpujilah Tuhan” dan

          Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala Allah”

          Dia mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah

          Dia bersama-sama tua-tua Israel makan di hadapan Tuhan (in the presence of God)

Sikap dan tindakan Yitro ini bukanlah respon sekejap terhadap Kabar Baik yang di sampaikan Musa, melainkan bagian lanjut dari buah pelayanan Musa sejak dia menjadi bagian dari keluarga besar Yitro.

Kita membaca bagaimana proses pengenalan Musa akan Allah berkembang setahap demi setahap diceritakan; termasuk ketika Allah menyatakan diriNya melalui semak duri yang menyala tetapi  tidak terbakar. Di dalam proses ini Yitro yang adalah seorang imam Midian (dengan allahnya sendiri) mengikuti perkembangannya.

Ketika Musa melaksanakan perintah Allah menghadapi Firaun, dia menitipkan isteri dan anaknya kepada keluarga mertuanya. Ini berarti sesungguhnya Yitro terlibat  secara langsung di dalam pelayanan Musa atas Israel dan mengikuti perkembangan demi perkembangannya. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa apa yang Allah lakukan terhadap Firaun tersebut didengar oleh bangsa-bangsa lain dan mereka gemetar karenanya. Artinya Yitro mengetahuinya secara tidak langsung.

Pertemuan Musa dengan Yitro di dalam perikop ayat ini menunjukkan kesimpulan bagaimana sikap Musa sungguh telah menjadi Kabar Baik bagi Yitro dan keluarganya:

          Dia keluar menyongsong mertuanya,  sujud kepadanya dan menciumnya (18:7)

          Dia berbagi segala hal yang telah dialaminya

          Mertuanya diundangnya makan dan duduk bersama dengan tua-tua Israel

          Dia mendengarkan nasihat mertuanya dan melakukannya

Selain itu jika dirunut kebelakang, sikap Musa juga menunjukkan hal itu:

          Dia meminta ijin dan mendapatkan ‘blessing’ Yitro ketika berangkat kembali ke Mesir (4:18)

          Dia menggembalakan ternak mertuanya. Integritas Musa di dalamnya tentu telah memberi andil juga terhadap Kabar Baik yang disampaikannya (3:1).

Kenyataan ini sungguh membesarkan hati dan menantang saya untuk mengevaluasi bagaimana ‘Kabar Baik’ Nya telah saya hidupi dan sampaikan dalam konteks hubungan dengan keluarga mertua saya.

Sesudah papa mertua saya bersedia berdoa menerima Kristus awal tahun ini, saya sedang terus menantikan  Allah meneguhkan ‘Kabar Baik’Nya di dalam kehidupannya. Sampai sekarang dia masih menjalani ritual persembahan kepada leluhurnya. Di dalamnya kami sudah diskusikan kepada siapa sekarang dia menghadap dan berdoa didalam ritualnya tersebut. Kami juga sedang menantikan Allah bekerja di dalam hati mama mertua saya dan mencari kesempatan untuk mendiskusikan pengenalannya akan Yesus Kristus.