25 Tahun Menikah

Diingatkan untuk berbagi tentang perbuatan kasih karunia Allah saat kami mulai masuk pintu gerbang pernikahan.

Berikut hasil oret-oretan 6 January kemarin saat merenung di ulang tahun pernikahan yang ke-25.

Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. Mazmur 22:12

25 tahun yang lalu, saat membaca ayat ini saya merasa sangat terwakili, seakan-akan tahu persis apa yang saya sedang rasakan dan alami. Apalagi dibarengi dengan ‘mimpi mencekam’ sepanjang malam hingga pagi hari sebelumnya sampai tidak tahu antara mimpi atau sedang mengalaminya secara nyata.

Saat itu tinggal beberapa minggu lagi saya menikah dengan Wiewiek (6 January 1996). Sementara hari H pernikahan semakin mendekat, keadaan yang susah dan kekurangan semakin memuncak. Ayah yang menjadi andalan, menderita sakit berat dan berujung kepada kematian di bulan November 1995.

Selain kesedihan ditinggal, juga tentu saja pupus harapan mendapat pertolongan secara finansial dari beliau. Hasil Tabungan bersama Wiewiek jauh dari mencukupi, kurang 5 hari masih separuh dari budget. Pengajuan pinjaman kontrak rumah untuk tinggal sesudah menikah dipermasalahkan karena dianggap tidak realistis pengembaliannya.

Pada saat yang sama, satu mahasiswa yang saya layani membutuhkan bantuan untuk biaya kontrak tempat tinggalnya, dan jelas sekali Allah menuntun kami untuk mengorbankan uang tabungan pernikahan kami untuk membantunya. Kami dituntun kepada keadaan ‘kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong’. Semua keputusan dan komitmen saya untuk mengikuti Kristus dan hanya mengandalkan Dia benar benar dipertaruhkan.

Bahkan dalam mimpi yang mencekam tersebut, seakan-akan 2 pendakwa berdiri disamping saya yang tergeletak tidak berdaya dan berkata dengan penuh ejekan “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkanmnya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadaNya?” (9).

Ejekan ini muncul saat saya sendiri mengeluh dan curhat tentang beratnya keadaan saya:Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku (15?-?16).

Menjelang pagi, seperti mendapat kekuatan baru dan memampukan saya berdiri menghadapi 2 pendakwa tersebut dan mendeklarasikan Mazmur 22:23 “Aku akan memasyhurkan nama Allah kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah;”.

Merasa yakin bahwa Alla akan menolong dan saya bisa mengatasi tantangan menuju pernikahan yang tinggal beberapa minggu lagi. Pernikahan berlangsung seperti direncanakan.

Secara ajaib biaya tersedia, tercukupi dan sesudahnya sisa berlimpah sampai bisa membeli mobil kalau mau. Saat terbang ke Bali untuk honey moon, tiba-tiba pramugara nya meminta kami untuk pindah ke kelas bisnis tanpa penjelasan.

Pembangunan fondasi rumah tangga 25 tahun yang saya jalani dengan kekuatan kasih karuniaNya, salah satu penderitaan yang menjadi bagian dari kebanggaan masa tua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *